T E R O R I S M E*
Publik
pada dekade terakhir ini akrab dengan istilah bom, terorisme, dan radikalisme.
Kebebasan media mainstream dan bayangan turut melambungkan ketiga
istilah itu. Yang terjadi, publik makin ketakutan dengan teror dan benda-benda
mencurigakan. Membuat kondisi ini bukan pekerjaan sehari dua hari, namun
berpuluh-puluh tahun dengan menciptakan suatu tragedi.
Radikalisme dan terorisme telah lama dipropagandakan dan
ditudingkan kepada kelompok-kelompok Islam yang dianggap berseberangan dengan
kepentingan negara-negara penjajah Barat kafir, termasuk kepentingan status quo
penguasa boneka penjajah. Kedua istilah ini terus-menerus dinyanyikan tanpa
henti dengan maksud untuk menggiring umat agar membenci agamanya; membenci syariah,
Khilafah dan jihad yang justru menjadi bagian tak terpisahkan dari agama Islam;
termasuk membenci para pejuangnya.
Propaganda radikalisme dan terorisme yang ditudingkan
kepada kelompok Islam yang terus dipropagandakan oleh Barat penjajah kafir dan
para anteknya bertujuan antara lain: Pertama, menjauhkan umat Islam dari
keterikatan dengan dengan agamanya yang paripurna. Kedua, melemahkan ghirah
umat Islam untuk memperjuangkan agamanya, terutama dalam konteks penerapan
syariah secara kâffah dalam institusi Khilafah. Ketiga, mengadu
domba antarumat Islam; radikal vs moderat. Keempat, mencegah kebangkitan
umat Islam yang dikhawatirkan dapat mengancam segala kepentingan negara-negara
penjajah Barat kafir. Barat kafir penjajah tentu amat khawatir jika dominasi
dan hegemoninya atas negeri-negeri Islam berakhir akibat bangkitnya kaum
Muslim.
Jadi, siapa yang diuntungkan dengan propaganda
radikalisme dan terorisme ini? Jelas, Barat penjajah kafir dan para anteknya.
Siapa yang rugi? Tentu kaum Muslim secara keseluruhan, bukan hanya
kelompok-kelompok Islam yang aktif memperjuangkan syartiah dan Khilafah Islam. Karena
itu, tentu umat harus selalu waspada atas berbagai propaganda busuk yang
ditujukan kepada kelompok-kelompok Islam yang memperjuangkan syariah dan Khilafah
Islam. Sebab, jika umat termakan propaganda mereka, alamat umat Islam akan
terus berada dalam dominasi dan hegemoni Barat kafir penjajah.
Terorisme
adalah penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai
tujuan politik tertentu, jelas AS layak dinobatkan sebagai negara teroris nomor
wahid di dunia. Di Indonesia sendiri, berbagai tindakan Densus 88, yang telah
membunuhi rakyat tanpa dasar yang jelas, telah menimbulkan ketakutan luar biasa
di masyarakat. Meski dilakukan dengan dalih melawan terorisme, tindakan brutal
mereka juga sangat layak disebut terorisme. Pembunuhan terhadap para terduga
teroris tidak jelas salahnya, juga sangat layak disebut aksi terorisme. Justru
terorisme yang dilakukan oleh negara sangat mengerikan karena lebih sistemik
dan dengan sumberdaya yang nyaris tak terbatas. Karena itu banyak yang
mengatakan bahwa program kontra-terorisme adalah sumber terorisme itu sendiri.
Jika dibandingkan dengan zaman
Rasulullah saw., tindakan mereka persis seperti tokoh-tokoh Jahiliah. Pada saat
itu, mereka berkumpul di rumah Walid bin Mughirah untuk mendiskusikan sebuah
istilah untuk membungkam dakwah Rasulullah saw. Pada saat itu ada yang usul
agar Rasulullah dituduh dukun, orang gila, tukang syair, dan tukang sihir.
Semua tuduhan tidak ada justifikasinya, kecuali tukang sihir. Al-Walid berkata,
“Tuduhan yang paling tepat untuk dia adalah bahwa dia adalah penyihir. Dia
datang membawa suatu perkataan seperti sihir. Sebab, perkataan itu bisa
memisahkan seseorang dengan istrinya, seseorang dengan kerabatnya, sehingga kalian
berpecah-belah karenanya” Apakah semua usaha mereka berhasil? Tidak sama
sekali. Sistem Jahiliah itu pun akhirnya tumbang dan diganti dengan sistem
Islam yang menebarkan rahmat ke seluruh alam. Insya Allah sejarah akan terulang
untuk yang ke sekian kalinya. WalLâhu a’lam.
Disarikan dari berbagai sumber*
Kontraktor Indonesia Jasa tukang bangunan Konstruksi baja sedot wc depok sedot wc mampet
BalasHapus