SELAMAT DATANG DI WEBSITE KELURAHAN PASAR LAMA BANJARMASIN

Pages

Artikel



PENYEBAB HANCURNYA KELUARGA UMAT ISLAM*

“Orang-orang kafir tidak henti-hentinya berusaha memerangi kalian hingga mereka berhasil mengeluarkan kalian dari agama kalian jika saja mereka mampu” (TQS Al Baqarah [2]: 217)

Berbagai program yang memiliki kekuatan global, telah disusun untuk menghancurkan bangunan keluarga Muslim. Dunia internasional, yang dikendalikan Trans National Corporation, telah meminjam tangan PBB, lembaga filantropis dan tentu saja berbagai pemerintah Muslim bersatu padu menyusun program-program feminis yang bertujuan untuk menghancurkan keluarga Muslimin.
Sesuai blue print kesetaraan gender yang tertuang dalam ‘kitab suci’ kaum feminis seperti CEDAW (Convention on The Elimination Of All Forms Of Diskrimination Against Women) dan BPfA (Beijing Platform for Action) perusakan peran itu terjadi secara simultan seperti realita yang sekarang terjadi, perempuan sebagai pencari nafkah (bread winner), pengasuhan bisa dilakukan siapa saja (tidak lagi menerapkan prinsip hadlanah sesuai syariat Islam), pendidikan tidak berbasis dalam rumah (tapi dominan dilakukan oleh lembaga), pemimpin rumah tangga berlaku demokratis (tak boleh ada dominasi ayah), dan sebagainya. Dalih yang mengemuka, mereka harus bertahan dalam dunia yang semakin keras dengan mengamankan aset-aset ekonomi demi kebutuhan keluarga. Mereka lupa bila pun ekonomi mereka mapan, keluarga mereka tetap saja berpotensi mengalami guncangan. Yang membuat penghuninya tak ragu berjual beli dengan kemashlatahan hingga menggadai akidah dan ketundukannya pada syariat.
Hal ini terjadi di seluruh pelosok negeri Muslim, dikarenakan kaum Muslim tak pandai dalam memaknai ajaran Islam dan menafsirkannya sesuai kebutuhan. Saat keluarga-keluarga yang ada mulai abai akan petunjuk Allah, meninggalkan warisan Rasulullah saw. demi bermesraan dengan dunia. Inilah awal kehancuran keluarga. Dalam sistem demokrasi kapitalistik, keluarga sebagai basis utama pembentukan generasi masa depan, sulit diharapkan memiliki ketahanan yang prima dengan berbagai macam rancangan program yang sejatinya bertujuan untuk menghancurkan keluarga Muslim. Jadi, tidak cukup hanya bertumpu pada individu-individu yang ada di dalamnya, sekalipun mereka shalih dan bervisi membangun peradaban masa depan.
Ada dua hal mendesak yang perlu terus-menerus kita upayakan untuk membentengi keluarga dari dampak semakin meluasnya bahaya liberalisasi keluarga. Pertama, pengokohan fungsi keluarga Muslim. Ini mutlak harus kita upayakan setiap saat agar terwujud keluarga-keluarga yang tegak atas dasar ketaatan kepada Allah. Menjadikan syariat Islam sebagai standar sehingga setiap keluarga Muslim mampu berfungsi sebagai masjid, madrasah, rumah sakit, benteng pelindung, dan kamp perjuangan yang siap melahirkan generasi pejuang dan pemimpin umat. Kesemuanya itu diarahkan untuk mewujudkan masyarakat taat syariat Islam.
Kedua, mengembalikan fungsi negara sebagai pilar utama (soko guru) penyangga fungsi keluarga Muslim yang kita bangun sebagai individual tadi. Ini penting dan mendesak. Kita masih ingat, hancurnya Islam sebagai sistem hidup pada tahun 1924 telah melenyapkan pilar utama bagi peradaban Islam. Dengan hilangnya Islam sebagai sistem hidup, peradaban Islam telah kehilangan kekuatan dan vitalitasnya. Dapat dikatakan, gambaran realitas peradaban Islam nyaris musnah dari benak keluarga Muslim karena Islam sebagai sistem hidup yang menopangnya telah tiada. Sebagai gantinya, peradaban Barat sekulerlah yang kemudian mendominasi kaum Muslim saat ini hingga ranah paling kecil: keluarga. Maka sudah sangat wajar jika kita semua berupaya untuk mengembalikan sistem Islam beserta fungsi utamanya tersebut ke kancah kehidupan. Wallahu'alam. 

*Disarikan dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar